Upaya Menggulingkan Pemimpin Dan Mengganti Pancasila Adalah Bughat

Upaya Menggulingkan Pemimpin Dan Mengganti Pancasila Adalah Bughat
ngaji.web.id - Hari kesaktian pancasila adalah sebutan untuk mengingatkan bangsa Indonesia akan tragedi sejarah pengkhianatan bangsa yang dilakukan oleh suatu kelompok yang ingin mengubah Pancasila sebagai Dasar Negera Kesatuan Republik Indonesia dengan komunisme sebagai Dasar Negara Indonesia. Momentum ini seharusnya menjadi pelajaran bagi segenap bangsa bahwa segala upaya penggantian dasar NKRI dan usaha menyingkirkan Pancasila merupakan sebuah tindakan pengkhianatan terhadap Bangsa. Dan dengan ‘kesaktian’-nya, Pancasila akan menindak tegas hal tersebut. Karena Pancasila dengan segenap butir-butirnya merupakan hasil kesepakatan bersama para pendiri Negara Indonesia dan disetujui oleh para Ulama yang telah disesuaikan dengan karakter bangsa serta disesuaikan dengan dalil  dan telah terbukti hingga kini.
 
Selain hal diatas, juga marak tumbuh kelompok-kelompok yang juga memperkeruh suasana kepemimpinan di indonesia dengan cara mengerahkan massa untuk berdemo dan memaksa agar peimpin-pemimpin yang dianggap tidak layak menurut mereka untuk turun dan diganti dengan pemimpin yang baru, yang mana apabila pemerintah tidak mau mengabulkannya maka mereka makar dan tidak mau mengikuti undang-undang serta kebijakan yang diterapkan pemerintah dan pemimpin tersebut.

Dengan demikian, upaya penggantian Pancasila dengan ideologi lain dan upaya menggulingkan pemimpin yang sah merupakan bentuk perlawanan kepada pemerintah Indonesia yang sah atau lebih tepat disebut Bughat.

Sebagaimana termaktub dalam kitab الإمــامــة الــعــظــمـى عند اهل السنة والجماعة
ذَهَـــبَ غَــالِــبُ أهْـــلِ الــسُّــنـَّـةِ وَالــجَــمَــاعَــةِ إلَـَى أنـَّــهُ لا يَــجُــوزُ الــخُـــرُوجُ عَــلـَـى أئِــمَّــةِ الــظُّـلْــمِ وَالــجَــوْرِ بِــالــسَّــيْــفِ مَــا لـَـمْ يَـصِــلْ بِــهِــمْ ظُــلـْـمُــهُــمْ وَجَـــوْرُهـُـمْ إلـَى الـكـُـفْــرِ البـَـوَاحِ أوْ تـَـرْكِ الــصَّــلاةِ وَالــدَّعـْـــوَةِ إلـَـيــهَــا أوْ قِــيـَـادَةِ الأُمـَّـةِ بِــغـَـيْــرِ كِــتـَـابِ اللهِ تـَــعــالـَى كـَـمـَـا نـَـصَّــتْ عَــلَــيــهـَـا الأحَــادِيــثُ الــسَّــابِـــقـَـةُ فَــي أسْــبَــابِ الــعَـــزْلِ
Mayoritas golongan Ulama ahlussunnah wal jama’ah berpendapat bahwa tidak diperbolehkan membangkang terhadap pemimpin-pemimpin yang zhalim dan menyeleweng dengan jalan memerangi, selama kezhaliman dan penyelewengannya tidak sampai kepada kekufuran yang jelas atau meninggalkan shalat dan dakwah kepadanya atau memimpin umat tanpa berdasarkan kitab Allah sebagaimana dijelaskan oleh hadits-hadits yang sudah lalu dalam menerangkan sebab-sebab pemecatan Imam.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan, bahwa, jika membangkang dari pemerintahan yang Zhalim saja tidak boleh apalagi membangkang dari pemerintah Indonesia yang sah dengan mengganti Pancasila yang telah terbukti mengamankan Bangsa ini dari perpecahan dan pertikaian, dan memberontak serta demo untuk menurunkan pemimpin yang sah.

Walaupun usaha penggantian dan penurunan pemimpin itu bertujuan menjadikan Indonesia lebih baik. Karena sesungguhnya tujuan menjadi lebih baik itu masih bersifat wahm (asumsi), sedangkan keadaan yang baik ini yang sudah berjalan hingga kini bersifat pasti. Maka berlakulah kaidah Ushul Fikih “dar’ul mafasid muqaddamun ala jalbil mashalih “. Apalagi jika penggantian itu dipastikan membawa keburukan. Demikian diterangkan oleh Syaikh Abdul Qadir Audah dalam kitab al-Tasyri’ al-Jina’
ومع ان العدالة شرط من شروط الامامة الا ان الرأي الراجح في المذاهب الاربعة ومذهب الشيعة الزيدية هو تحريم الخروج على الامام الفاسق الفاجر ولو كان الخروج للامر بالمعروف والنهي عن المنكر لان الخروج على الامام يؤدي عادة الى ماهو انكر مما فيه وبهذا يمتنع النهي عن المنكر لان مشروطه لايؤدي الانكار الى ماهو انكر من ذلك الى الفتن وسفك الدماء وبث الفساد واضطراب البلاد واضلال العباد وتوهين الامن وهدم النظام
Memang sikap adil merupakan salah satu syarat-syarat menjadi Imam / pemimpin, hanya saja pendapat yang  rajih (unggul) dalam kalangan madzhab empat dan madzhab Syi’ah Zaidiyyah mengharamkan bertindak  khuruj (bughat) terhadap Imam yang fasik lagi curang walaupun  bughat itu dengan dalih amar ma’ruf nahi mungkar. Karena  bughat kepada Imam biasanya akan mendatangkan suatu keadaan yang lebih mungkar daripada keadaan sekarang. Dan sebab alasan inilah, maka tidak diperbolehkan mencegah kemungkaran, karena persyaratan mencegah kemungkaran harus tidak mendatangkan fitnah, pembunuhan, meluasnya kerusakan, kekacauan  negara, tersesatnya rakyat, lemah keamanan dan rusaknya stabilitas nasional (Negara).

Bahkan dalam literatur fiqih usaha pembinasaan Pancasila sebagai dasar Negara sah Republik Indonesia dan usaha menjatuhkan pemimpin yang sah dapat dikategorikan sebagai tindakan pembangkangan/bughat. 
 
Demikian diterangkan dalam kitab Kifayatul Akhyar 
والباغي فى اصطلاح العلماء هو المخالف للإمام العدل الخارج عن طاعته بامتناعه من اداء ما وجب عليه ...
Bughat Yaitu menyalahi Imam (Pemerintah) yang adil dengan cara memberontak dan tidak mentaatinya serta menolak segala perintahnya.

Demikian juga sebaliknya jika perubahan faham Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah sebuah kemadharatan yang nyata. Maka usaha dan perjuangan menyelamatkan Pancasila dan melanggengkan sesuatu yang bersifat baik hukumnya fardhu kifayah. Seperti yang dijelaskan dalam kitab كشاف القناع

وَمِنْ فُرُوْضِ الْكَفَايَاتِ الأَمْرُ بِالْمَعْرُوْفِ وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ
Diantara fardlu kifayah yaitu memerintahkan kebajikan dan mencegah kemungkaran.

Wallahu a'lamu.

Hamim Mustofa (NA Kami NerashUke)
Blitar, 25 April 2015

Comments

Artikel Pilihan

Doa yang Dibaca Rasulullah Ketika Hujan Turun

Tradisi yang Diharamkan di Hari Asyura "10 Muharram"

Larangan Menganiaya Anjing dalam Islam